Bukan Asal Asa : Program EEE untuk Daerah 3T Menuju SDGS

Mengurangi Ketimpangan, Salah Satu Program SDGS
Jika Anda tahu istilah SDGS, berarti Anda tidak ketinggalan informasi berskala internasional ini. SDGS (Sustainable Development Goals) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan merupakan mega-program yang disepakati pemimpin dunia dalam rangka mengentaskan kemiskinan, kesenjangan, kelaparan, dan permasalahan lingkungan. Dunia tengah berkomitmen untuk menjadikan bumi sebagai tempat tinggal yang layak bagi seluruh penghuninya tanpa terkecuali. Indonesia pun turut ambil bagian dalam aksi global ini.
17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Bicara mengenai ketimpangan, sudah menjadi rahasia umum bahwa pembangunan di Indonesia masih belum merata. Oleh karena itu, kota menjadi incaran pemuda desa untuk mengadu nasib. Pemuda desa yang unggul lebih tertarik untuk menyejahterakan diri di kota daripada mengembangkan desanya. Bahkan, pemuda yang mengandalkan keberuntungan juga melakukan hal serupa. Kota menjadi semakin terpusat (pusat pendidikan dan ekonomi) sedangkan desa menjadi semakin tertinggal. Daerah yang tertinggal dan terluar memiliki istilahnya sendiri, yakni daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).
Daerah perbatasan bisa disebut sebagai daerah 3T. Tidak banyak kisah yang mencuat dari daerah perbatasan selain kehidupan yang serba sulit : pendidikan sulit, ekonomi sulit, kesehatan sulit, air dan listrik juga sulit. Padahal, daerah perbatasan seharusnya menjadi teras Indonesia yang berfungsi untuk menyambut. Dalam istilah 3T, terdapat kata "terdepan". Dalam analogi dengan rumah, bagian terdepan adalah beranda.
Citra wilayah perbatasan tak boleh dianggap sebagai dapur, melainkan sebagai beranda atau teras bagi negara. Sebagai daerah terdepan bagi rumah kita yang berfungsi menyambut tamu.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDT) telah menyusun beberapa program untuk pembangunan daerah perbatasan. Selain pemerintah, banyak lembaga non-pemerintah yang terpanggil untuk berkontribusi dan bersinergi dengan pemerintah untuk membangun daerah 3T.
Dunia menyadari bahwa ketimpangan masih mengganggu negara-negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Maka dari itu, aksi "mengurangi ketimpangan" menjadi salah satu program di SDGS. Daerah 3T butuh perhatian kita. Harapan kita adalah kita mampu mengatasi masalah ketimpangan ini. Harapan kita adalah daerah 3T bisa menjadi teras negeri yang apik. Harapan kita adalah kesejahteraan juga dimiliki oleh mereka yang tinggal di daerah 3T, bukan hanya warga kota. Untuk mencapai harapan kita ini, harus ada gerakan yang memelopori aksi pemerataan pembangunan khususnya untuk daerah 3T. Salah satu program yang bisa digalakkan adalah Program EEE. Program EEE mencakup Education (pendidikan), Empowerment (pemberdayaan), dan Entrepreneur (kewirausahaan). Berikut adalah paparan mengenai Program EEE.
Program EEE

Education (Pendidikan)

Pendidikan bermutu merupakan salah satu tujuan dalam SDGS. Bagaimana dengan pendidikan di negeri kita? Setujukah Anda bila saya katakan “pendidikan di Indonesia sudah layak”? Silahkan simpan jawaban Anda. Saat SMP dan SMA, saya mengikuti Olimpiade Sains oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Saya bersyukur karena saat SMP, saya berkesempatan menjadi finalis Olimpiade Sains tingkat Nasional bidang IPS. Kuota peserta OSN banyak diisi oleh kontingen dari Pulau Jawa. Meskipun saya tidak mendapat medali, saya bangga karena ada kawan-kawan saya yang mengharumkan nama bangsa dengan menyabet medali dalam ajang olimpiade internasional (setelah mendapat medali OSN tingkat nasional). Artinya, kemampuan pelajar Indonesia tidak kalah dengan kemampuan pelajar dunia.
Pendidikan di Indonesia sudah bermutu, terbukti dari prestasi pelajar Indonesia di level internasional. Namun, tidak jarang kita jumpai berita tentang gedung sekolah yang tidak layak pakai, kekurangan guru di daerah terpencil, dan masih banyak lagi. Kenyataan ini sangat bertolak belakang dengan fakta bahwa ada pelajar Indonesia yang menjadi juara di bidang sains. Artinya, pendidikan di Indonesia sudah layak, tetapi belum merata. Apakah jawaban saya dan Anda sama?

Atas : pelajar Indonesia yang menang olimpiade internasional; Bawah : kondisi ruang kelas di daerah 3T

Pemerintah sering dikambinghitamkan mengenai masalah pendidikan, seolah-olah pendidikan yang tidak merata ini adalah salah pemerintah. Padahal, pemerintah juga sedang mengupayakan pemerataan ini secara bertahap. Kita bisa membantu pemerintah untuk mengembangkan pendidikan di daerah 3T, di antaranya :
  1. Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Pemerintah berperan cukup besar dalam melakukan pembangunan gedung beserta fasilitasnya. Meski demikian, instansi swasta sangat diperbolehkan untuk berkontribusi dalam pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, seperti yang dilakukan oleh KORINDO dalam pendirian infrastruktur pendidikan. Pembangunan gedung sekolah menunjukkan kinerja KORINDO dalam mencapai tujuan SDGS nomor 4 (pendidikan bermutu) dan 9 (pembangunan infrastruktur). Selama memungkinkan, pihak swasta bisa memberikan sumbangsih bagi negeri, khususnya di bidang pendidikan. Satu gedung pendidikan bisa berarti investasi bangsa untuk sepuluh tahun yang akan datang.
  2. Pendidikan non-formal. Pendidikan tidak harus selalu dalam konteks formal. Di luar gedung, pendidikan juga harus berlangsung. Misalnya, sosialisasi rutin yang dilakukan setiap bulan di Boven Digoel oleh KORINDO. Salah satu topik yang diberikan kepada generasi muda adalah bahaya narkoba, alkohol, dan seks bebas.

    Sosialisasi rutin di Boven Digoel oleh KORINDO

    Selain sosialisasi, pelatihan juga cukup penting untuk meningkatkan keahlian yang tidak didapat dalam bangku pendidikan formal. Pelatihan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat, misalnya pelatihan kerajinan tangan, pelatihan dagang, dan sebagainya. Pelatihan dapat diberikan oleh pemerintah, pihak swasta, lembaga masyarakat, atau instansi pendidikan melalui program pengabdian. Hal ini sudah dilakukan oleh KORINDO, yang melakukan pelatihan dalam pemanfaatan lahan kosong untuk sayuran.
  3. Beasiswa. Beasiswa adalah daya tarik pelajar agar lebih semangat dalam belajar. KORINDO juga memberikan bantuan kepada pelajar yang berpotensi dan kurang mampu. Sejauh ini, KORINDO telah menyalurkan bantuan kepada sebanyak 2500 pelajar dari tingkat SD hingga universitas! Tak heran jika KORINDO layak untuk mendapatkan penghargaan di bidang pendidikan. Perusahaan swasta juga diajak untuk turut berkontribusi bagi pembangunan pendidikan dengan memberikan beasiswa bagi pelajar di daerah 3T yang berbakat namun terkendala karena masalah finansial.
    Penghargaan dari UGM kepada KORINDO atas dedikasinya di bidang pendidikan

  4. Sumbangan buku. Seperti yang kita tahu, banyak tokoh besar yang punya kebiasaan membaca buku. Sedemikian kekuatan buku, maka membaca buku adalah kebiasaan yang harus ditumbuhkan dan didukung. Sayangnya, tak banyak buku yang sampai ke daerah 3T. Toko buku yang lengkap adalah hal yang langka di daerah 3T. Maka dari itu, buku yang masih layak baca dapat disumbangkan kepada mereka di daerah perbatasan. Kegiatan amal ini dapat dilakukan oleh siapapun. Beri mereka kesempatan untuk menikmati pengetahuan melalui jendela dunia!
"Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia" - Nelson Mandela


Empowerment (Pemberdayaan)

Pendidikan bukanlah akhir melainkan awal dari keberlanjutan pembangunan. Setelah menempuh bangku pendidikan, umumnya para lulusan mencari kerja. Apabila jumlah alumni jauh lebih banyak daripada lapangan pekerjaan yang tersedia, maka angka pengangguran akan meningkat. Untuk mengatasi permasalahan ini, perusahaan diharapkan agar membuka lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya.
Daerah 3T memiliki SDM yang berlimpah sehingga bila diberdayakan secara optimal maka akan turut meningkatkan kesejahteraan sosial. Sayangnya, daerah 3T bukanlah minat perusahaan untuk mengembangkan sayap bisnisnya. Perusahaan besar sebaiknya belajar dari KORINDO yang berani untuk berinvestasi di daerah perbatasan, yakni di Boven Digoel dan Merauke, Papua.

Pemberdayaan SDM dan lahan kosong untuk sayuran

KORINDO turut memberdayakan masyarakat daerah 3T. Pelatihan dan pemberdayaan juga direalisasikan oleh KORINDO seperti pemanfaatan lahan kosong untuk sayuran. Program ini tidak hanya berhenti di satu hari, tetapi dilakukan berkesinambungan disertai dengan bimbingan oleh pihak KORINDO. Selain itu, KORINDO telah mengembangkan konsep industri ramah lingkungan melalui pembangunan bidang kehutanan dan perkebunan kelapa sawit. Tak tanggung-tanggung, pembangunan ini menyerap sebanyak 10.000 tenaga kerja di Papua! Angka yang fantastis ini menunjukkan komitmen KORINDO dalam mewujudkan program SDGS yakni pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.


Entrepreneur (Wirausaha)

Selain pendidikan dan pemberdayaan, pembangunan 3T bisa dilakukan dengan meningkatkan jumlah wirausahawan. Angkatan kerja yang baru lulus bisa memilih jalan wirausaha. Wirausaha akan meningkatkan angka kesejahteraan secara mandiri. Menjadi wirausahawan bukan menjadi perhatian di daerah 3T karena ada anggapan bahwa semuanya yang serba sulit, berbeda jauh dengan wilayah perkotaan dimana start up menjadi tren. Minat untuk menjadi wirausahawan di daerah 3T jauh berbeda dengan perkotaan. Padahal, wirausaha adalah salah satu jalan untuk meningkatkan perekonomian daerah 3T. Potensi ekonomi dan budaya lokal bisa diperkenalkan ke luar daerah melalui jalur wirausaha.

Wirausaha bisa menjadi jalan untuk meningkatkan perekonomian lokal

Ada banyak manfaat yang bisa didapat apabila wirausaha menjamur di suatu daerah, khususnya 3T. Manfaat itu pun akan mendorong tercapainya program SDGS, di antaranya : pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (nomor 8), infrastruktur , industri, dan inovasi (nomor 9), serta mengurangi ketimpangan (nomor 10).
Perlu adanya lembaga yang menyosialisasikan dan memberi pelatihan tentang wirausaha. Program ini mengombinasikan antara pendidikan (education) dan pemberdayaan (empowerment). Adapun tahap-tahapan dalam menumbuhkan angka wirausaha, di antaranya :
  1. Sosialisasi. Pengenalan akan dunia wirausaha serta manfaatnya bagi pembangunan lokal harus diberikan terlebih dahulu. Selain meningkatkan kesejahteraan keluarga, wirausaha juga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat. Perlu disampaikan juga bahwa banyak orang hebat lahir dari daerah yang terpencil namun berhasil menjadi wirausahawan sukses agar warga daerah 3T menjadi termotivasi untuk berwirausaha.
  2. Inkubasi. Calon wirausahawan yang tertarik untuk terjun di dunia ini akan dibimbing untuk mengembangkan ide usaha. Bagaimana agar usaha bernilai guna dan mampu meraup untung akan diarahkan dalam inkubasi ini. Selain teori-teori dalam usaha, para calon wirausahawan juga dibekali dengan motivasi serta inspirasi dari orang-orang yang sudah sukses berbisnis. Motivasi ini akan memacu calon wirausahawan untuk menekuni bidangnya dengan penuh semangat.

  3. Para wirausahawan harus dibimbing agar usahanya mencapai target dan bernilai guna

  4. Peminjaman modal atau investasi. Calon wirausahawan akan diberi pinjaman modal atau investasi untuk mewujudkan ide usahanya. Dana investasi didapat dari investor yang memiliki misi untuk membangun daerah 3T. Investor bisa bersinergi dengan pelaksana program agar dana yang digelontorkan bisa tepat sasaran dalam pertumbuhan usaha.
  5. Asistensi. Tahapan ini merupakan kelanjutan dari inkubasi dimana calon wirausahawan mendapat bimbingan dalam mengalokasikan dana investasi, menumbuhkan usaha, serta melakukan ekspansi. Bukan hal yang tidak mungkin apabila bisnis besar lahir dari daerah 3T.

Mewujudkan pembangunan yang merata bukan perkara mudah. Kehidupan di kota yang serba enak membuat kita terlena hingga melupakan saudara kita di daerah 3T. Meski demikian, kita patut bersyukur karena ada lembaga swasta yang mau mendedikasikan karyanya untuk pembangunan daerah 3T, seperti yang telah dilakukan oleh KORINDO Group. KORINDO sejauh ini telah berkarya untuk memenuhi beberapa poin SDGS, di antaranya : menghapus kemiskinan (1), kesehatan yang baik dan kesejahteraan (3), pendidikan bermutu (4), kesetaraan gender (5), pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (8), infrastruktur, industri, dan inovasi (9), mengurangi ketimpangan (10), serta menjaga ekosistem darat (15). Dapat kita lihat bahwa sebagian program SDGS tengah diupayakan oleh KORINDO. Maka jelaslah bahwa KORINDO serius dalam menanggapi program dunia yakni SDGS, khususnya bagi daerah 3T di Indonesia. Peran aktif KORINDO layak mendapatkan penghargaan, seperti Padmamitra Award pada tahun 2018 lalu.

Penganugerahan Padmamitra Award atas dedikasi KORINDO Group

Kita juga diajak untuk membangun daerah 3T sesuai profesi dan kapasitas kita. Dengan ketulusan dan kerja keras, ketimpangan dalam negeri kita bisa diatasi perlahan-lahan. Kita ingin seluruh daerah di Indonesia hidup sejahtera. Kita ingin tidak ada lagi berita kesenjangan yang membuat kita sedih. Kita ingin seluruh warga Indonesia memajukan bangsa, tanpa terkecuali. Inilah mimpi kita. Bukan sembarangan mimpi. Bukan asal asa.

Komentar

  1. KING CASINO, LLC GIVES A $100 FREE BET
    KING CASINO, LLC GIVES A $100 FREE BET งานออนไลน์ to try. Visit herzamanindir.com/ us today and 바카라 receive a 바카라 사이트 $100 https://access777.com/ FREE BET! Sign up at our new site!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lebih Serius Bareng Zenius

Menang ZenBlog Competition, Gimana Nasib Tiara Sekarang?